Nih Biografi Soeharto, Sang Bapak Pembangunan - Presiden Kedua Indonesia
biografi soeharto - Seperti yang kita ketahui bersama, semenjak Indonesia merdeka pada tahun 1945 hingga ketika ini tahun 2018, negara kepulauan ini sudah mengalami pergantian pemimpin negara atau presiden sebanyak tujuh kali. Dari mulai Soekarno hingga Joko Widodo. Kita akan membahas biografi ke tujuh tokoh yang pernah dan masih menjabat presiden hingga ketika ini, sesudah pada artikel sebelumnya kita sudah membahas biografi presiden pertama Soekarno, kali ini kita akan membahas biografi presiden kedua Soeharto
Biografi Soeharto (Presiden Kedua Indonesia)

Presiden kedua negara Republik Indonesia berjulukan Soeharto lahir di Yogyakarta pada tanggal 8 Juni 1921. Soeharto merupakan satu sosok yang memegang masa jabatan presiden terlama di Indonesia. Soeharto dikenal dengan julukan 'Sang Bapak Pembangunan' oleh bangsa Indonesia alasannya selama masa kepemimpinannya, Soeharto dianggap menjalankan pemerintahan dengan baik.
Di kalangan mancanegara, nama Soeharto pun tak kalah tersohor, bahkan sebelum dirinya menjabat sebagai presiden Indonesia. Mungkin kita sudah sama-sama tahu bahwa sebelum menjabat sebagai presiden Indonesia, Soeharto merupakan seorang Jenderal bintang lima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), yang ketika ini dikenal dengan nama Tentara Negara Indonesia (TNI). Orang-orang barat menjulukinya dengan sebutan "The Smilling General", julukan tersebut meracu kepada raut wajah Soeharto yang nampak selalu tersenyum.
Kehidupan Masa Kecil Dan Riwayat Pendidikan Soeharto
Soeharto kecil merupakan seorang anak desa yang bisa dibilang kemampuan ekonomi orang tuanya tidak mencukupi ibarat layaknya soekarno yang bisa mengecap pendidikan di sekolah-sekolah elit pada masa itu. Pada usia yang masih sangat muda (tidak diketahui niscaya berapa usianya), Soeharto disekolahkan sang ayah, Kertosudiro, di sebuah Sekolah Rakyat (sekolah setingkat SD) - tidak diketahui nama sekolah rakyat tersebut.
Berbeda dengan cerita-cerita masa SD Soekarno, Hatta ataupun Sjahrir, yang banyak mengisahkan perihal masa-masa sekolahnya maupun buku serta novel yang kerap mereka baca, Soeharto hanya teringat kenangan perihal kerbau-kerbau gembalaannya. Ya, Soeharto kecil ialah seorang gembala kerbau yang benar-benar hanya berkutat di dunia 'pergembalaan', jauh dari buku-buku bacaan yang biasa dibaca belum dewasa SD pada masa itu.
Ketika mulai beranjak besar, Soeharto tinggal bersama ayah dari ibunya, Mbah Atmosudiro. Soeharto mulai mengecap pendidikan dasar (SD) ketika berusia delapan tahun, namun sering berpindah-pindah sekolah. Tercatat Soeharto pindah SD sebanyak tiga kali. Pada awalnya Soeharto bersekolah di SD (SD) di Desa Puluhan, Godean, bersama kakek, ibu dan ayah tirinya. Kemudian dikarenakan ibu dan ayah tirinya pindah rumah, Soeharto pindah sekolah ke SD (SD) Pedes di Kemusuk Kidul.
Kemudian entah alasannya alasan apa sang ayah, Kertosudiro menitipkan Soeharto ke bibinya yang tinggal di Wonogiri. Soeharto kemudian dimasukkan oleh sang ayah ke Sekolah Rendah (SR) di Wonogiri. Soeharto menempuh pendidikan di Sekolah Rendah ini selama 4 tahun.
Selama tinggal bersama bibinya di Wonogiri, Soeharto menekuni pelajaran-pelajaran sekolahnya terutama berhitung. Ya, Soekarno kecil memang diketahui gemar berhitung. Ia juga menerima 'gemblengan' pendidikan agama yang besar lengan berkuasa dari keluarga sang bibi. Selepas pulang sekolah, Soeharto dan teman-temannya berguru mengaji di tubruk (sebutan untuk musholla kecil), yang biasanya bahkan dilakukan semalaman suntuk.
Sang paman, suami dari bibinya, Prawirowihardjo ialah seorang mantri tani. Berkat bimbingan ialah Soeharto menjadi paham dunia pertanian dan mulai gemar bertani. Setelah lulus dari Sekolah Rendah (SR), Soeharto meneruskan pendidikan di salah satu Sekolah Lanjutan Rendah (SLR) masih di kota Wonogiri.
Setelah lulus dari Sekolah Lanjutan Rendah (SLR), Soeharto kembali ke Kemusuk untuk melanjutkan pendidikan di SMP (SMP) Muhammadiyah di kota Yogya. Setelah lulus SMP, bergotong-royong Soeharto ingin meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi namun alasannya kondisi orang renta Soeharto yang tidak bisa untuk membiayai sekolahnya, risikonya Soeharto putus sekolah dan hanya tamat SMP.
Karena tak bisa meneruskan sekolah lagi, Soeharto risikonya berupaya mencari pekerjaan di Yogyakarta, namun upayanya gagal. Akhirnya beliau kembali ke rumah sang bibi di Wonogiri. Di desa daerah bibinya tinggal, Soeharto berhasil menerima pekerjaan di salah satu Bank Desa. Tapi, mungkin alasannya ia tidak nyaman dengan pekerjaannya, ia meminta berhenti dari pekerjaannya tersebut.
Karier kemiliteran Soeharto dimulai pada 1 Juni 1940 kala ia diterima di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Lulus dari sekolah militer tersebut dengan predikat lulusan terbaik dan eksklusif menerima pangkat kopral. Pada 5 Oktober 1945, ia resmi menjadi anggota ABRI (saat ini TNI) sesudah menjalani pendidikan di Sekolah Bintara, Gombong selama 5 tahun dan terpilih menjadi prajurit telatan di sekolah bintara tersebut.
Perjalanan karier militer yang dilalui Soeharto dari mulai masa pendidikan militer hingga dirinya berpangkat Jendral sangatlah panjang dan terlalu rumit untuk diceritakan dalam satu artikel. Mungkin dilain kesempatan BELAJAR - DA akan menciptakan serial khusus yang membahas mengenai karier kemiliteran Jendral Soeharto.
Salah satu momentum terpenting dalam karier kemiliterannya ialah ketika beliau memimpin pasukan angkatan darat Tentara Nasional Indonesia membekuk pergerakan yang dikenal dengan sebutan G30S/PKI yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri.
Soeharto ditetapkan menjadi presiden Indonesia menggantikan Soekarno pertama kali melalui hasil sidang umum MPRS yang dilaksanakan pada 27 Maret 1968. Saat itu, selain menjabat sebagai presiden Indonesia, Soeharto juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan.
Pada periode pertama kepimpinannya sebagai presiden Indonesia, tak ada jabatan wakil presiden. Pada tanggal 15 Juni tahun 1968, Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri dari Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Moh Sadli, Prof Dr Subroto, Drs Frans Seda, Dr Emil Salim, dan Drs Radius Prawiro.
Soeharto kembali ditunjuk menjadi presiden Indonesia melalui sidang umum MPR pada 23 Maret 1973 untuk kedua kalinya. Kali ini ia didampingi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menjabat sebagai wakil presiden.
Soeharto kembali ditetapkan menjadi presiden untuk periode ketiganya yang ditetapkan melalui sidang umum MPR tanggal 22 Maret 1978 dengan Adam malik sebagai wakilnya.
Kemudian pada 1 Maret 1983 sidang umum MPR kembali mengangkat Soeharto menjadi presiden Republik Indonesia untuk periode keempat dan mengangkat Umar Wirahadikusuma sebagai wakil presiden mendampingi Soeharto. Pada ketika yang sama,MPR juga memperlihatkan gelar penghormatan 'Bapak Pembangunan Republik Indonesia' kepada Soeharto.
Selanjutnya Soeharto masih tetap menjadi presiden RI hingga tahun 1998 dengan 3 kali berganti wakil presiden setiap 5 tahun sekali. Adapun wakil presiden yang pernah mendampingi Soeharto dari tahun 1988 hingga 1998 ialah Sudharmono, Tri Sutrisno, Dan B.J. Habibie.
Kepemimpinan Soeharto berkahir pada 21 Mei 1998 sesudah dirinya menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden Republik Indonesia untuk menghindari perpecahan terjadi di Indonesia dan kemudia digantikan oleh wakilnya pada ketika itu, B.J. Habibie. Kemunduran dirinya dari jabatan presiden Indonesia ialah imbas dari beberapa agresi demonstrasi yang dilakukan rakyat, kerusuhan yang terjadi kala itu serta tekanan politik dan militer dari aneka macam negara hingga puncaknya ialah pendudukan gedung MPR RI oleh rombongan demonstran yang berlangsung selama berhari pada bulan mei hingga risikonya Soeharto menyatakan mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.
Soeharto wafat pada usia 86 tahun atau tepatnya pada 27 Januari 2008 jam 13.10 WIB di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Jenazah sang presiden kedua Indonesia ini kemudian dibawa ke kediamannya di Jalan Cendana sekitar pukul 14.00 WIB.
Jenazah pak Harto keesokan harinya (28 Januari 2008) dibawa dari Jalan Cendana menuju pemakaman di Astana Giri Bangun, Solo, kompleks pemakaman yang juga merupakan daerah ibu Tien Soeharto dimakamkan. Jenazah pak Harto diterbangkan melalui bandar udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Prosesi upacara pemakaman Soeharto ketika itu dipimpin eksklusif oleh Presiden Indonesia kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono, yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Itulah Biografi Soeharto, Presiden Kedua Indonesia- Sang Bapak Pembangunan Indonesia. Selanjutnya kita akan mengupas biografi presiden ketiga Indonesia, B.J. Habibie.
Istri, Anak Dan Orang Tua Soeharto
Soeharto dilahirkan dari pasangan Kertosudiro dan Sukirah. Lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Yogyakarta pada 8 Juni 1921. Soeharto terlahir dari keluarga yang secara kondisi kurang beruntung. Sukirah, ibu Soeharto, bahkan mempunyai kegemaran bertapa dan pernah ditemukan hampir mati alasannya memaksakan dirinya untuk tidak makan dan minum selama 40 hari. Diketahu alasannya ialah alasannya tertekan dengan kondisi hidupnya ketika itu.
Karena kondisi Sukirah yang ibarat itu pada ketika itu, bayi Soeharto risikonya diasuh oleh abang perempuan sang ayah. Ya, Sukirah dianggap mengalami problem pada mentalnya. Bahkan Soeharto sendiri menggambarkan Sukirah sebagai "Ibu muda yang sedang sulit memikirkan problem rumah tangga"
Soal ayah Soeharto, Kertosudiro, banyak yang menganggap bahwa Kertosudiro ini bukanlah ayah kandung Soeharto. Dan sempat ada informasi yang beredar menyampaikan bahwa bergotong-royong Soeharto ialah anak seorang darah biru Hamengkubuwono yang dibuang ke desa kemudian diasuh oleh Kertosudiro. Hal ini tentu saja dibantah keras oleh Soeharto.
Soeharto mempunyai satu orang istri yang dinikahinya kala ia berusia 26 tahun. Mungkin banyak di antara kita yang sudah tahu siapa istri dari Soeharto ini.
Soeharto menikahi seorang perempuan yang berjulukan Raden Ayu Siti Hartinah, yang kemudian dikenal dengan nama Tien Soeharto. Pernikahan tersebut berlangsung di kota Solo pada tanggal 26 Desember 1947. Pada ketika menikahi Siti Hartinah, usia Soeharto 26 tahun sedangkan Hartinah berusia 24 tahun.
Pasangan Soeharto dan Raden Ayu Siti Hartinah ini dikaruniai enam orang anak yaitu Siti Hardiyanti Hastuti atau lebih dikenal dengan panggilan Tutut, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi alias Titiek , Hutomo Mandala Putra yang lebih dikenal dengan panggilan Tommy Soeharto, dan Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek.
Raden Ayu Siti Hartinah atau ibu Tien Soeharto meninggal di Rumah Sakit Gatot Subroto jawaban penyakit jantung yang di deritanya pada Minggu, 28 April 1996. Ibu Tien dimakamkan keesokan harinya di Astana Giri Bangun. Upacara pemakamannya pada ketika itu dipimpin oleh Ketua DPR/MPR pada masa itu, Wahono.
Raden Ayu Siti Hartinah atau ibu Tien Soeharto meninggal di Rumah Sakit Gatot Subroto jawaban penyakit jantung yang di deritanya pada Minggu, 28 April 1996. Ibu Tien dimakamkan keesokan harinya di Astana Giri Bangun. Upacara pemakamannya pada ketika itu dipimpin oleh Ketua DPR/MPR pada masa itu, Wahono.
Karier Kemiliteran Dan Masa Kepresidenan Soeharto
Karier kemiliteran Soeharto dimulai pada 1 Juni 1940 kala ia diterima di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Lulus dari sekolah militer tersebut dengan predikat lulusan terbaik dan eksklusif menerima pangkat kopral. Pada 5 Oktober 1945, ia resmi menjadi anggota ABRI (saat ini TNI) sesudah menjalani pendidikan di Sekolah Bintara, Gombong selama 5 tahun dan terpilih menjadi prajurit telatan di sekolah bintara tersebut.
Perjalanan karier militer yang dilalui Soeharto dari mulai masa pendidikan militer hingga dirinya berpangkat Jendral sangatlah panjang dan terlalu rumit untuk diceritakan dalam satu artikel. Mungkin dilain kesempatan BELAJAR - DA akan menciptakan serial khusus yang membahas mengenai karier kemiliteran Jendral Soeharto.
Salah satu momentum terpenting dalam karier kemiliterannya ialah ketika beliau memimpin pasukan angkatan darat Tentara Nasional Indonesia membekuk pergerakan yang dikenal dengan sebutan G30S/PKI yang dipimpin oleh Letkol Untung Syamsuri.
Soeharto ditetapkan menjadi presiden Indonesia menggantikan Soekarno pertama kali melalui hasil sidang umum MPRS yang dilaksanakan pada 27 Maret 1968. Saat itu, selain menjabat sebagai presiden Indonesia, Soeharto juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan.
Pada periode pertama kepimpinannya sebagai presiden Indonesia, tak ada jabatan wakil presiden. Pada tanggal 15 Juni tahun 1968, Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri dari Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Moh Sadli, Prof Dr Subroto, Drs Frans Seda, Dr Emil Salim, dan Drs Radius Prawiro.
Soeharto kembali ditunjuk menjadi presiden Indonesia melalui sidang umum MPR pada 23 Maret 1973 untuk kedua kalinya. Kali ini ia didampingi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menjabat sebagai wakil presiden.
Soeharto kembali ditetapkan menjadi presiden untuk periode ketiganya yang ditetapkan melalui sidang umum MPR tanggal 22 Maret 1978 dengan Adam malik sebagai wakilnya.
Kemudian pada 1 Maret 1983 sidang umum MPR kembali mengangkat Soeharto menjadi presiden Republik Indonesia untuk periode keempat dan mengangkat Umar Wirahadikusuma sebagai wakil presiden mendampingi Soeharto. Pada ketika yang sama,MPR juga memperlihatkan gelar penghormatan 'Bapak Pembangunan Republik Indonesia' kepada Soeharto.
Selanjutnya Soeharto masih tetap menjadi presiden RI hingga tahun 1998 dengan 3 kali berganti wakil presiden setiap 5 tahun sekali. Adapun wakil presiden yang pernah mendampingi Soeharto dari tahun 1988 hingga 1998 ialah Sudharmono, Tri Sutrisno, Dan B.J. Habibie.
Kepemimpinan Soeharto berkahir pada 21 Mei 1998 sesudah dirinya menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden Republik Indonesia untuk menghindari perpecahan terjadi di Indonesia dan kemudia digantikan oleh wakilnya pada ketika itu, B.J. Habibie. Kemunduran dirinya dari jabatan presiden Indonesia ialah imbas dari beberapa agresi demonstrasi yang dilakukan rakyat, kerusuhan yang terjadi kala itu serta tekanan politik dan militer dari aneka macam negara hingga puncaknya ialah pendudukan gedung MPR RI oleh rombongan demonstran yang berlangsung selama berhari pada bulan mei hingga risikonya Soeharto menyatakan mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.
Wafatnya Sang Bapak Pembangunan
Jenazah pak Harto keesokan harinya (28 Januari 2008) dibawa dari Jalan Cendana menuju pemakaman di Astana Giri Bangun, Solo, kompleks pemakaman yang juga merupakan daerah ibu Tien Soeharto dimakamkan. Jenazah pak Harto diterbangkan melalui bandar udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Prosesi upacara pemakaman Soeharto ketika itu dipimpin eksklusif oleh Presiden Indonesia kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono, yang bertindak sebagai inspektur upacara.
Itulah Biografi Soeharto, Presiden Kedua Indonesia- Sang Bapak Pembangunan Indonesia. Selanjutnya kita akan mengupas biografi presiden ketiga Indonesia, B.J. Habibie.
Tidak ada komentar untuk "Nih Biografi Soeharto, Sang Bapak Pembangunan - Presiden Kedua Indonesia"
Posting Komentar